Menjadi Guru Digital Profesional di Desa dengan Belajar, Bekerja dan Berkarya

Guru digital profesional | Sumber: koleksi pribadii


#57TahunTelkom #DigitalBisaUntukSemua

Tiga tahun lalu saat sedang sibuk-sibuknya mengurus skripsi, tiba-tiba saya ditanya, setelah lulus kuliah nanti ingin menetap di Samarinda atau pulang kampung?

Kala itu saya bilang ingin menetap di kota saja dengan alasan takut diri ini tidak berkembang jika pulang ke kampung halaman.

Puji syukur, tak lama setelah lulus kuliah saya diterima bekerja sebagai admin di salah satu perusahaan penyuplai pangan beku. Selain itu, saya juga mendapat tawaran mengajar di tempat kursus saat malam hari, kebetulan saya adalah lulusan PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar).

Sayang seribu sayang, nikmatnya kehidupan pekerjaan ganda, pendapatan ganda yang saya jalani tersebut tidak berlangsung lama akibat datangnya serangan virus Covid-19. Saat itu saya yang berstatus karyawan yang masih tergolong baru terpaksa dirumahkan untuk sementara waktu. Namun karena situasi dan kondisi yang tak kunjung membaik, akhirnya saya memutuskan untuk pulang kampung dan mengajar di Sekolah Dasar (SD) yang lokasinya tidak jauh dari rumah.

Desa Sumber Sari | Sumber: koleksi pribadi

Kampung halaman saya bernama Desa Sumber Sari, salah satu desa yang terletak di Kecamatan Babulu, Kabupaten Penajam Paser Utara. Pada akhir 2021 lalu desa Sumber Sari ini telah ditetapkan sebagai salah satu desa sangat tahan pangan oleh Dinas Ketahanan Pangan Penajam Paser Utara.

Bisa ditebak, mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani atau pekebun. Seperti salah satunya adalah bapak saya. Selain aktivitas di sawah, beliau juga disibukkan dengan aktivitas berkebun dan beternak. Sehingga kebutuhan pokok beras, sebagian sayur-mayur dan lauk-pauk dapat terpenuhi tanpa harus merogoh kantong terlalu dalam.

Kondisi jalan menuju Desa Sumber Sari | Sumber: koleksi pribadi

Namun, Desa Sumber Sari masih tertinggal secara infrastruktur. Medan jalan yang harus dilalui untuk menuju ke desa ini cukup memprihatinkan. Penampakan lubang dengan berbagai ukuran di mana-mana. Tiap kali turun hujan, maka lubang-lubang tersebut akan tertutup air sepenuhnya. Kondisi ini membuat aktivitas saya kerap terhambat.

Hal yang kemudian saya lakukan adalah mengupayakan jaringan internet di rumah saya tetap kencang dan stabil selama 24 jam namun tidak membebani pengeluaran per bulan. Dan saya merasa menjadi guru paling beruntung berkat Telkom Indonesia yang terus mengembangkan jaringan IndiHome ke seluruh pelosok Indonesia. Berkat jaringan internet yang cepat dan stabil dari IndiHome saya bisa melakukan aktivitas tanpa batas meski dari rumah.

1. Melaksanakan kegiatan pembelajaran secara daring

Pembelajaran daring | Sumber: koleksi pribadi

Perubahan terbesar akibat pandemi Covid-19 adalah kegiatan pembelajaran yang awalnya dilakukan secara tatap berganti dilakukan secara daring lewat aplikasi belajar seperti Zoom atau Google Meet. Pola kebiasaan baru ini mendorong saya untuk mampu menyampaikan materi pelajaran melalui perantara layar namun tetap mudah dimengerti anak-anak.

Beberapa kali saya mengajar siswa kelas rendah yang usianya berkisar antara 7 sampai 9 tahun. Umumnya mereka masih membutuhkan perhatian lebih. Untuk itu, saya selalu menjadwalkan pertemuan daring secara kelompok dan individu sebanyak satu kali setiap minggunya. Tujuannya untuk mengukur tingkat kemampuan dari masing-masing peserta didik.

2. Meningkatkan kompetensi dengan mengikuti berbagai pelatihan

Guru yang berhenti belajar sebaiknya berhenti mengajar. Istilah ini sering saya dengar dalam lingkup profesi guru. Mengapa demikian? Karena ilmu pengetahuan terus berkembang dari waktu ke waktu. Menjadi seorang guru artinya saya harus siap mempelajari pengetahuan dan keterampilan baru untuk diajarkan kepada peserta didik.

Pelatihan online | Sumber: koleksi pribadi

Di era digital ini saya bisa ikut serta dalam berbagai pelatihan online baik yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah maupun swasta, dari yang gratis hingga berbayar. Kemudahan ini membuat guru-guru yang mengajar di pedesaan seperti saya dapat meningkatkan kompetensi dan keterampilan seperti halnya guru-guru yang mengajar di perkotaan.

3. Belajar dan berlatih membuat media pembelajaran interaktif

Selain dituntut menguasai semua materi pelajaran, seorang guru SD juga harus mampu menanamkan sebuah konsep kepada siswa yang masih dalam tahap berpikir konkrit. Salah satunya yaitu melalui media pembelajaran. Keberadaan media pembelajaran ini sangat penting agar peserta didik dapat lebih mudah dalam memahami materi pelajaran karena sudah divisualisasikan secara lebih nyata atau konkrit.

Saya aktif membuat media pembelajaran berbasis teknologi. Konten pembelajarannya saya kemas semenarik mungkin dengan menggabungkan teks, gambar, audio dan sebagainya. Saya memanfaatkan aplikasi-aplikasi seperti Swish Max, Macromedia Flash Player juga Adobe After Effect. Adapun cara penggunaannya saya pelajari secara autodidak melalui internet.

Selain aplikasi-aplikasi seperti yang saya sebutkan di atas, ada juga media pembelajaran interaktif yang saya rancang hanya dengan menggunakan Ms. Power Point. Di bawah ini saya berikan sedikit gambaran proses pembuatannya.

Proses pembuatan media pembelajaran interaktif | Sumber: koleksi pribadi

Bila dilihat secara sekilas mungkin akan timbul kesan rumit dan membingungkan. Tapi percayalah jika sudah berhasil menguasai dengan baik, proses di atas akan terasa mudah dan sederhana. Kuncinya terletak pada bagaimana mengatur animasi agar muncul dan menghilang sesuai waktu yang dikehendaki. Hasil akhirnya media pembelajaran dapat ditampilkan dalam bentuk aplikasi. Bisa dilihat dalam video dari channel YouTube saya di bawah ini.

4. Mengasah kemampuan dan berkarya melalui blog

Tampilan blog | Sumber: koleksi pribadi

Selain meningkatkan kemampuan akan penguasaan teknologi, saya juga tertarik mempelajari dunia blog. Saya membangun blog www.gufronaksara.my.id pada Mei 2021. Jika ada waktu kosong di luar jam mengajar biasanya saya manfaatkan untuk menulis artikel lalu saya posting di blog.

Keinginan terbesar saya adalah membuat media pembelajaran berbasis website agar peserta didik saya dapat mengakses materi pelajaran di mana saja dan kapan saja dengan mudah. Selain itu, fitur-fitur canggih yang tersemat pada website saya yakini dapat menciptakan pembelajaran yang adaptif dan interaktif.

 

Itulah beberapa aktivitas produktif yang dapat saya lakukan meski tinggal di desa. Dulu mungkin saya pernah berpikir akan sulit meningkatkan kompetensi bila saya mengajar di desa, nyatanya kesenjangan kompetensi antara guru yang mengajar di pedesaan dan perkotaan dapat teratasi berkat hadirnya berbagai pelatihan berbasis online. Saya juga pernah berpikir akan gagap teknologi bila saya menetap di desa, nyatanya saya justru semakin mahir memanfaatkan penggunaan teknologi dalam berbagai hal.

Kini kekhawatiran saya tidak bisa mengembangkan diri jika tinggal di desa pun sirna seketika. Sebab, di era digital ini saya bisa bekerja, belajar dan berkarya tanpa kendala.

Komentar

Silakan masuk terlebih dahulu, untuk berkomentar memakai akun kamu.

X

Tekan ESC untuk keluar