#57TahunTelkom #DigitalBisaUntukSemua
Beberapa waktu yang lalu, laman Sungai Aare, Swiss di Google dibanjiri oleh ulasan negatif berbintang 1. Saya kira, sebagian besar dari kita sudah tahu penyebabnya. Fenomena berbondong-bondongnya warganet mengulas sungai itu bahkan menjadi atensi media lokal Swiss. Di tulisan ini saya tidak akan membahas latar belakangnya, melainkan fakta bahwa warganet Indonesia itu responsif.
Selain responsif—terlepas dari baik dan buruknya—warganet Indonesia juga berpengaruh. Ada banyak kasus di negeri ini yang mendapatkan atensi lebih baik ketika disuarakan oleh warganet. Secara populasi, jumlah pengguna internet Indonesia juga tidak sedikit. Dikutip dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), sebanyak 210 juta jiwa (77,02%) penduduk Indonesia telah terkoneksi dengan internet pada tahun 2021 lalu.
Bayangkan, dengan populasi pengguna internet sebesar itu tentu saja ada banyak hal besar yang potensial untuk dilakukan, bukan? Namun sayangnya, sebagian besar warganet Indonesia masih punya pekerjaan rumah berat terkait kemampuan literasi digitalnya.
Konsep Literasi Digital dan Urgensinya
Pada sebuah rapat terbatas mengenai Perencanaan Transformasi Digital di Istana Merdeka pada Agustus 2020 lalu, Presiden Joko Widodo memberikan 5 arahan. Arahan itu di antaranya perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital; persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektor-sektor strategis; percepatan integrasi Pusat Data Nasional; siapkan kebutuhan SDM talenta digital; dan, siapkan regulasi yang berkaitan dengan skema pendanaan dan pembiayaan transformasi digital secepatnya.
Munculnya arahan tersebut tentu bukan tanpa alasan, salah satu faktor pendorong perencanaan transformasi digital tersebut adalah fakta indeks kompetitif digital Indonesia berada pada posisi 56 dari 63 (tujuh terbawah). Peringkat tersebut merupakan hasil survei yang dilakukan oleh IMD World Digital Competitiveness pada 2019 lalu. Posisi Indonesia itu lebih rendah dari Thailand, Malaysia, dan Singapura.
Kembali ke 5 arahan tadi, 4 di antaranya berkaitan erat dengan kebijakan yang berada dalam domain pemerintah, namun 1 lainnya yaitu “siapkan kebutuhan SDM talenta digital” menjadi poin yang bisa diwujudkan oleh swasta atau bahkan warga negara Indonesia secara individu. Hal tersebut berkaitan erat dengan literasi digital individu terkait.
Sederhananya, literasi digital adalah pengetahuan serta kecakapan pengguna dalam penggunaan media digital hingga jaringan dalam rangka mengolah dan memanfaatkan informasi. Kompetensi ini tidak sebatas kecakapan menggunakan media digital (digital skills) saja, melainkan juga budaya digital (digital culture), etis menggunakan media digital (digital ethics), dan keamanan dalam menggunakan media digital (digital safety). Keempat poin tadi mutlak diperlukan untuk menciptakan warganet Indonesia yang cakap, bijak, dan bertanggung jawab.

Partisipasi #DigitalBisa dalam Kuatkan Literasi Digital Indonesia
Sebagaimana yang telah saya uraikan sebelumnya, upaya menyiapkan sumber daya manusia (SDM) talenta digital bisa dilakukan oleh pihak mana saja. Tujuan tersebut tentu terlalu besar jika ditumpukan pada pemerintah semata, pihak-pihak lain mestilah mengambil peran. Dari pengamatan saya, salah satu pihak yang secara nyata telah mengambil peran itu adalah Telkom Indonesia melalui platform #DigitalBisa.
“Website yang sedang saya baca ini dong?” pikir pembaca.
Iya, website yang sedang Anda baca ini. Tapi jangan salah sangka, #DigitalBisa bukan sebatas sebuah situs web melainkan komunitas dan juga fasilitator berbagai kelas atau pelatihan digital. Secara sederhana, #DigitalBisa juga layak kita sebut sebagai wadah sekaligus katalis dalam penguatan literasi digital Indonesia.
Lebih jelasnya, #DigitalBisa kerap mengadakan kelas yang dapat menambah dan meningkatkan digital skills. Ada banyak topik yang telah diangkatkan untuk itu, seperti UI/UX, product development, dan lainnya. Topik-topik tadi merupakan hal yang sangat dibutuhkan industri saat ini serta sangat cocok untuk kalangan muda yang notabene adalah digital native.
Tentu juga ada banyak kelas, webinar, podcast, hingga beragam kompetisi yang mendorong masyarakat untuk menciptakan dan memperbaiki digital culture mereka. Konten-konten yang hadir di #DigitalBisa juga tak luput dari pembahasan digital safety dan digital ethics. Hal tersebut menjadi sebuah bentuk sikap partisipatif dari Telkom Indonesia dalam menguatkan kemampuan literasi digital Indonesia.

Transformasi Digital adalah Keharusan
Nyatanya, digitalisasi adalah sesuatu yang cepat atau lambat pasti akan terjadi. Perkembangan teknologi perangkat elektronik hingga jaringan memaksa industri berevolusi ke level keempat atau akrab disebut Revolusi Industri 4.0. Di level empat ini, hampir semua hal sudah terhubung dengan internet. Berbagai istilah baru mulai akrab di telinga dan mata kita, mulai dari digital marketing hingga Internet of Things (IoT). Lebih-lebih, pandemi yang melanda dunia semenjak akhir 2019 lalu mempercepat laju transformasi itu. Mau tidak mau, negara ini juga harus ikut berbenah. Inilah yang menjadi rentetan sebab munculnya peta jalan yang oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) disebut Indonesia Digital Nation.
Ada 3 fokus utama dalam peta jalan Indonesia Digital Nation ini, yaitu Pemerintah Digital, Masyarakat Digital, dan Ekonomi Digital. Tentu ada banyak hal yang mesti dibenahi tatkala bangsa ini ingin menjadi bangsa digital di masa depan. Mulai dari regulasi dan kebijakan, pengendalian aktivitas digital, infrastruktur, teknologi penunjang, riset dan inovasi, serta hal yang sudah kita bahas sedari tadi yaitu SDM digital.
Fenomena ulasan negatif Sungai Aare yang saya singgung di atas menjadi sinyal bahwa sebagian besar SDM digital Indonesia masih butuh pembimbingan yang serius. Apalagi saat ini warganet Indonesia masih mudah termakan oleh informasi hoaks hingga polarisasi yang terlalu kuat. Ujaran kebencian, cyber bullying, konten-konten negatif, dan berbagai digital culture serta ethics yang tidak baik akan bisa diminimalisir dengan penguatan kemampuan literasi digital.
Telkom Indonesia dengan #DigitalBisa sudah mengambil andil dalam penguatan kemampuan literasi digital itu. Tapi tentu #DigitalBisa tidak bisa mendorong transformasi digital Indonesia sendiri, melainkan ia butuh bantuan dari kita semua. Beruntungnya, platform ini terbuka, kita bisa mendaftar dan berkontribusi dengan menulis berbagai artikel bertema digital untuk mencerahkan bangsa.
Kesudahannya, saya ingin menutup tulisan ini dengan sebuah kutipan dari Bung Karno: “Bangsa yang tidak percaya pada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka”. Bagaimanapun, saat ini kita belum bisa dikatakan merdeka di sektor digital. Oleh karenanya, kita harus percaya pada kekuatan diri sendiri dan senantiasa berjuang mencapai kemerdekaan dan kedaulatan digital di masa yang akan datang.
Referensi :
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. 2022. Profil Internet Indonesia 2022.
Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. 2020. Antisipasi Perubahan, Presiden Berikan 5 Arahan Soal Perencanaan Transformasi Digital. Tersedia di https://setkab.go.id/antisipasi-perubahan-presiden-berikan-5-arahan-soal-perencanaan-transformasi-digital/
Leski Rizkinaswara. 2020. Peta Jalan "Indonesia Digital Nation" untuk Wujudkan Birokrasi Digital. Tersedia di https://aptika.kominfo.go.id/2020/07/peta-jalan-indonesia-digital-nation-untuk-wujudkan-birokrasi-digital/