Bisakah Startup Sukses Tanpa Suntikan Dana dari Investor?

Pentingnya perencanaan sebelum memulai startup | Sumber: Pixabay


#DigitalBisa #UntukIndonesiaLebihBaik

Menjamurnya perusahaan rintisan (startup) tidak lepas dari berkembangnya teknologi digital. Di samping itu, saat ini bukan hal yang sulit untuk mendapatkan legalitas berupa perseroan terbatas (PT). Sehingga tidak heran jika pada 2021 lalu, jumlah startup di Indonesia mencapai 2.300 perusahaan rintisan. Jumlah itu tentu akan bertambah di tahun 2022 ini.

Penulis pribadi tidak punya kapasitas untuk menebak berapa total perusahaan rintisan di akhir 2022 nanti, hanya saja ada satu yang pasti: perusahaan-perusahaan itu akan berkutat dengan upaya menaikkan valuasi.

Valuasi sebuah startup sangat penting untuk menggambarkan seberapa besar mereka. Untuk meningkatkannya, setiap perusahaan rintisan mesti menggelontorkan dana operasional yang tidak sedikit. Hal inilah yang kemudian melatarbelakangi mereka untuk mencari pendanaan dari investor.

Namun, pertanyaannya, bagaimana jika tidak ada suntikan dana dari investor? Apakah perusahaan rintisan tadi tetap bisa sukses? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita ulas lebih jauh.

Peran Pendanaan Bagi Startup

Setiap pendiri startup pastilah ingin perusahaannya bertumbuh. Pertumbuhan startup nyatanya tidak hanya soal karyawan yang bertambah atau cakupan pasar yang meluas. Tumbuh kembang sebuah perusahaan rintisan harus diiringi dengan berbagai riset dan pengembangan, harus pula didorong oleh berbagai inovasi.

Untuk mewujudkan semua itu, startup butuh yang namanya pendanaan. Adanya dana yang cukup akan membuat startup mampu melakukan inovasi-inovasi yang dibutuhkan oleh pasar. Akses terhadap pendanaan dari investor juga dapat memperluas jaringan perusahaan.

Alexy, dkk (2011) dalam tulisan ilmiahnya yang berjudul "Social Capital of Venture Capitalists and Start-up Funding" menyebutkan bahwa modal ventura memainkan peran esensial dalam evolusi dan kesuksesan dari ventura baru. Jaringan sosial yang kuat dari modal ventura juga menyediakan sebuah startup akses terhadap sumber daya yang unik dan bernilai serta peluang di masa yang akan datang. Hanya saja, mendapatkan pendanaan modal ventura bukanlah hal yang mudah.

Selain itu, barangkali ada beberapa alasan tertentu sehingga ada startup yang memilih tidak mengakses pendanaan dari investor. Hal ini menuntut mereka untuk menyusun sendiri strategi pendanaan mereka.

Profit bisnis dapat jadi sumber pendanaan startup (Sumber: Pixabay)

Strategi Pendanaan tanpa Investor

Ketika kita bicara tentang startup, ada beberapa “stereotip” yang mungkin juga pernah Anda dengar. Konon startup itu kerjanya adalah bakar-bakar uang. Perusahaan rintisan pada umumnya merugi di tahun-tahun awal berdirinya, dengan kata lain: sulit untuk mencatatkan keuntungan. Di samping itu, startup tidak akan menjadi besar tanpa suntikan dana investor. Apakah itu semua fakta atau sebatas mitos saja?

Faktanya, ada sejumlah startup di dunia ini yang berhasil sukses tanpa menggunakan dolar dari venture capital atau modal ventura itu. Salah satu dari perusahaan tersebut adalah Zoho.

Zoho merupakan perusahaan teknologi multinasional yang berasal dari India. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1996. Hingga saat ini, produk aplikasi mereka telah digunakan lebih dari 50 juta pengguna. Sebagai startup sukses, Zoho bukan tidak pernah mendapatkan tawaran dari venture capital, namun mereka menolaknya.

Tepatnya pada tahun 2000 lalu, ketika VC Silicon Valley menawarkan dana sebesar 200 juta dolar AS pada Zoho--yang kemudian ditolak mentah-mentah. Zoho memutuskan untuk mengembangkan bisnisnya dengan memutar untung usaha mereka.

Keputusan itu tentu membawa konsekuensi, khususnya pada para pendiri, mereka harus menahan diri menikmati hasil usaha demi membesarkan perusahaan. Namun beberapa tahun setelah itu, perjuangan keras mereka membuahkan hasil, Zoho berhasil menjadi salah satu startup bernilai dan sukses di dunia.

Strategi pendanaan tanpa investor yang dipilih Zoho tentu juga bisa diadaptasi oleh perusahaan-perusahaan rintisan di Indonesia. Hal itu juga akan membuat startup lokal keluar dari tempurung untuk dapat meloncat lebih tinggi. Dengan kata lain, para pendiri harus duduk berembuk untuk memutuskan beberapa hal dalam rencana strategis mereka.

Untuk bisa mengikuti langkah Zoho, sebuah startup mestilah mampu menghadirkan produk/jasa yang memang dibutuhkan oleh pasar. Mereka juga perlu menentukan pasar dengan tingkat persaingan yang rendah.

Berkaca dari Zoho, alih-alih berebut pasar di kelas atas, mereka lebih memilih menjual produk mereka pada perusahaan-perusahaan kecil setara UMKM. Zoho menetapkan harga yang lebih rendah dari pada kompetitor sehingga lebih memungkinkan untuk dijangkau. Strategi ini juga bisa ditiru oleh startup lokal lantaran ada lebih dari 60 juta UMKM di Indonesia.

Setelah itu, perusahaan rintisan juga harus piawai mengelola aliran keuangan. Memutar sebagian dari keuntungan untuk melakukan ekspansi pasar, inovasi terhadap produk/jasa, hingga kebutuhan-kebutuhan lainnya. Cara-cara ini memang membutuhkan waktu yang lebih lama, tapi itu lebih baik dari pada menunggu-nunggu investor yang entah kapan datangnya.

Jadi, bisakah startup sukses tanpa suntikan dana dari investor? Menurut hemat saya bisa. Bagaimana menurut Anda?

Referensi:

Liberty Jemadu. 2021. OJK: Jumlah Startup Indonesia Capai 2.319. Tersedia di https://www.suara.com/tekno/2021/12/11/185854/ojk-jumlah-startup-indonesia-capai-2319

Oliver T. Alexy, dkk. 2011. Social capital of venture capitalists and start-up funding. Small Bus Econ, 39, 835-851.

Komentar

Silakan masuk terlebih dahulu, untuk berkomentar memakai akun kamu.

X

Tekan ESC untuk keluar